Pesawat terbang di halaman belakang rumah anda

Sebuah perusahaan rintisan bernama Lilium Aviation sedang bekerja membuat pesawat pribadi yang 100% bertenaga listik yang mungkin bisa menjadi mobil terbang.
Perusahaan ini didirikan tahun 2015 oleh empat orang insinyur dan mahasiwa doktoral dari Technical University of Munich dan dikembangkan di inkubator yang didanai oleh Badan Ruang Angkasa Eropa, ESA.

"Tujuan kami adalah untuk mengembangkan pesawat yang bisa digunakan sehari-hari," kata Daniel Wiegand, salah seorang pendiri Lilium Aviation.Menurut pandangan tim Lilium, masalah dengan pesawat pribadi adalah bandara, yang mahal untuk dioperasikan dan digunakan serta terletak jauh dari pusat kota.
"Kami akan membuat pesawat yang bisa lepas landas secara vertikal dan tidak membutuhkan prasarana rumit dan mahal seperti bandara," kata Wiegand.Pesawat konsep perusahaan ini dijanjikan bisa terbang tanpa prasarana penerbangan. Ia akan membutuhkan ruang terbuka seluar 225 meter persegi, seluas halaman belakang rumah untuk terbang dan mendarat.
Dengan daya jelajah 500 kilometer dan kecepatan 400 kilometer per jam, pesawat terbang mencapai ketinggian 3 kilometer. Tenaganya bisa diisi ulang pada malam hari dengan menggunakan catu daya rumahan.
Fungsinya serupa dengan helikopter tetapi pesawat Lilium menghadirkan serangkaian perbedaan yang menguntungkan dibanding helikopter. Misalnya, kipas bertenaga batere yang jauh lebih senyap dan bersih secara lingkungan ketimbang mesin turbin dan piston milik helikopter.Helikoper juga sering mengalami kegagalan terbang di udara yang sering berakibat pada bencana, serta mahal, sulit dibangun, dan membutuhkan perawatan harian yang rumit.
Pesawat Lilium menggunakan 36 kipas motor, 12 di setiap sayapnya dan enam dalam sayap kecil yang muncul dari bagian hidung, yang total menghasilkan 435 tenaga kuda. Sistem pendorongnya (mencakup kipas elektrik, batere 320 KW, dan kendali tenaga) dirancang sedemikian rupa sehingga ketika satu gagal maka tak harus membutuhkan pendaratan darurat.Selain itu, pelatihan pilot helikopter membutuhkan latihan lama dalam hal tekhnik pendaratan yang aman jika terjadi kegagalan mesin. Latihan yang mahal dan melelahkan: menghabiskan puluhan jam dan bernilai hingga £30.000 atau sekitar atau sekotar Rp590 juta.
Sedangkan pesawat Lilium bisa diibaratkan sebagai pesawat olahraga ringan dengan dua penumpang yang izin terbangnya membutuhkan pelatihan 20 hingga 30 jam dan biasanya bernilai kurang dari £6.000 (sekitar Rp120 juta).
Hal tersulit dari menerbangkan Lilium -yaitu lepas landas dan mendarat secara vertikal- akan ditangani oleh sistem pengendali otomatis, serupa dengan rancangan peswat tak berawak Ehang 184 dengan empat baling-balin dan mobil terbang Terrafugia TF-X.Secara alamiah, kemudahan-kemudahan ini ada kekurangannya. Klasifikasi Lilium membatasi operasinya di udara yang tak ramai pada siang hari dan hanya bisa dilakukan dalam cuaca cerah.
Bahkan dengan janji pesawat yang senyap dan bebas emisi, pesawat tetap belum bisa lepas landas dan mendarat vertikal sebelum disahkan oleh otorita penerbangan. Tak seperti kendaraan siap jalan seperti Terrafugia, PAL-V One buatan Belanda dan Aeromobil dari Slovakia, maka Lilium Jet yang tak beroda sepenuhnya merupakan mesin terbang.Meski demikian, dibandingkan dengan Terrafugia yang rumit, jet Lilium merupakan mesin yang sederhana, dan kesederhanaan itulah yang menempatkannya pada jalur cepat untuk diproduksi.
Perusahaan ini telah secara sukses menunjukkan konsep dengan purwarupa seberat 25 kilogram dan kini sedang membangun versi utuh. Lilium rencananya siap memproduksi model ini pada 31 Desember 2018.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...